Headlines News :
Home » » Berinfaq itu Gaya Hidup

Berinfaq itu Gaya Hidup

Written By LMI KAB KEDIRI on 25 December 2011 | 9:05 PM

Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc (Ketua Umum BAZNAS)

Dalam kehidupan sehari-hari, gaya hidup (lifestyle) didefinisikan sebagai perilaku, termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya, bagaimana seseorang mengalokasikan waktunya, dan sebagainya. Menurut ahli psikologi, gaya hidup merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari konsep diri dan pandangan hidup (way of life) seseorang.


Seorang yang konsep diri dan pandan¬gan hidupnya dibentuk oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, maka tentu akan menampilkan gaya hidup yang sesuai dengan keyakinan yang dianutnya itu. Pandangan hidup seku¬laris, materialis, individualis, apalagi ateis, akan melahirkan gaya hidup yang berbeda sama sekali dengan gaya hidup Islami.

Salah satu ajaran yang elementer dalam Islam, adalah infaq yang esensinya adalah memberi atau berbagi kepada orang lain. Infaq merupakan pelengkap dari kewajiban zakat sebagai rukun Islam. Dalam Al Quran (QS Al Baqarah [2]: 3-5) diungkapkan diantara ciri orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan dan orang yang beruntung, di antaranya ialah yang menafkahkan (menginfaqkan) sebagian rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka.
Dalam Al-QURAN DAN TERJEMAHNYA yang disusun oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, Kementerian Agama RI tahun 1967, dijelaskan maksud ”menafkahkan sebagian rezeki” itu, ialah memberikan sebahagian dari harta yang telah diberikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyariatkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
Kesadaran untuk memberi atau berbagi mengandung hikmah dan pengaruh positif, terutama dari sudut kepentingan pembinaan pribadi umat yang berkualitas dan pembangunan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.

Pertama, pengaruh infaq terh¬adap etos kerja. Orang yang rajin berinfak dan menyadari infaq sebagai kebutuhan dan gaya hidupnya, tidak mungkin malas bekerja. Etos kerjanya akan semakin meningkat, dia tekun dan rajin bekerja sesuai dengan bidang dan profesinya karena hasil yang diperolehnya tidak hanya untuk kebutuhan sendiri dan memperkaya diri, tapi sebagian adalah untuk diinfaqkan dijalan Allah.

Kedua, infaq memperkuat kesetiakawanan sosial di dalam kehidupan masyarakat. Sikap dan perilaku sosial yang perlu dipelihara dan diperkuat di tengah arus perubahan sosial dewasa ini di antaranya adalah simpati dan empati terhadap orang-orang yang bernasib kurang beruntung, seperti fakir miskin, anak yatim dhuafa, atau untuk menanggulangi kebutuhan umum lainnya. Salah satu cara yang efektif untuk memeihara dan memperkuat sikap dan perilaku kesetiakawanan sosial adalah dengan berinfaq.

Ketiga, infaq menumbuhkan izzah (harga diri) terhadap orang yang berinfaq, dan sekaligus memelihara masyarakat dari perbuatan meminta-minta. Izzah atau harga diri karena berinfaq bukanlah untuk riya dan dibangga-banggakan. Orang yang membia¬sakan diri berinfaq akan mensyukuri bahwa dia bisa menjadi bagian dari masyarakat muslim yang menunaikan tanggung jawab sosial dalam kehidupan ini. Menarik untuk direnungkan, anjuran berinfaq dalam Islam tidak dikaitkan den¬gan perbuatan mengemis dan meminta-minta. Tapi dikaitkan dengan tanggung jawab sosial seorang muslim terhadap fakir miskin, kerabat, dan kaum muslimin pada umumnya. Hidup yang tidak memperhatikan penderitaan orang lain, bukanlah hidup yang Islami. Dalam tataran yang lebih luas, kemandirian bangsa akan bisa dibangun dengan membiasakan berinfaq.

Keempat, dengan infaq, kesenjangan akan dapat semakin diperkecil antara golongan yang mampu dengan yang tidak mampu, antara golongan kaya dengan golongan miskin. Pengalaman telah sering dan beru¬lang kali mengajarkan pada kita bahwa kesenjangan yang dibiarkan menganga akan menimbulkan masalah-masalah sosial yang besar dan pada gilirannya akan merugikan semua pihak.

Kesenjangan sosial akan dapat dikurangi dan diatasi dengan membudayakan infaq sebagai gaya hidup. Kondisi perekonomian umat dan bangsa yang suram, tidak akan berubah, kecuali setiap orang berbuat ses¬uatu sesuai kesanggupan masing-masing un¬tuk mengatasi dan mengurangi beban yang menghimpit saudara-saudara kita. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw yang menggambarkan hubungan seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagai satu bangunan, di mana antara satu bagian den¬gan bagian lainnya saling menopang dan memperkuat satu sama lain. 

Dengan berinfaq harta akan bertambah dan berkembang sesuai dengan janji Allah dalam Al Quran. Seseorang yang berinfaq untuk mencari keridhaan Allah, maka Allah
akan menggantinya dengan berlipat ganda. Seorang muslim tidak perlu ragu dan khawatir untuk menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Rasulullah bersabda, ”Tidaklah berkurang harta yang disedekahkan itu” (HR Muslim). 

Dalam kaitan ini, menarik disimak penelitian sosial yang belum lama ini dipublis oleh University of British Columbia, Vancouver. Prof. Elizabeth W. Dunn mengadakan penelitian terhadap 632 orang responden orang Amerika dari seluruh negara bagian yang berpenghasilan rata-rata USD 20.000 – USD 50.000. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan gaji besar yang peroleh setiap bulan. Sebaliknya, mereka merasa bahagia saat gaji yang diperolehnya digunakan untuk kegiatan amal. 

Hasil penelitian tersebut membuktikan kebenaran ajaran Islam yang sejak lima belas abad silam mengajarkan bahwa doa orang yang menerima infaq akan mening-katkan berkah harta dan ketenteraman jiwa orang yang berinfaq itu sendiri. Islam men¬gajarkan bahwa orang yang dengan ikhlas melepaskan orang lain dari kesulitan, maka ia pun pasti oleh Allah akan dilepaskan pula dari kesulitan. Sekiranya hal itu tumbuh menjadi sikap kolektif yang melibat¬kan sebagian besar anggota masyarakat dan bangsa kita, maka dampak dan pengaruh¬nya sungguh luar biasa terhadap kehidupan masyarakat dan bangsa.

Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, peluang untuk berinfaq terbuka begitu luas. Berinfaq bisa diberikan langsung kepada mereka yang membutuhkan, kapan dan di mana saja. Di samping itu, kita juga dapat berinfaq melalui badan-badan yang mengelola dan mendayagunakan dana zakat dan infaq secara amanah dan profesional sehingga memberikan manfaat yang luas kepada umat. Tidak sedikit pula terdapat lembaga-lembaga umat yang mengelola sarana fi sabilillah seperti pendidikan madra¬sah, pondok pesantren, panti asuhan, dan lain-lain yang membutuhkan infaq kaum muslimin yang dititipkan Allah rezeki lebih dari cukup. 

Kesadaran untuk berinfaq sebagai gaya hidup perlu dididik dan ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini, tidak saja melalui pembiasaan, tetapi juga perlu keteladanan orang tua dalam keluarga. Mencintai sesama dengan memberi atau berbagi seyogianya menjadi gaya hidup yang membudaya di masyarakat kita. Wallahu a’lam bisshawab.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !



 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. LMI KABUPATEN KEDIRI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template